Seluruh sektor kehidupan, merasakan dampak luar biasa akibat adanya pandemi Covid-19. Segala bisnis dan usaha mengalami kerugian, memaksa setiap manusia di belahan bumi manapun untuk tetap bertahan hidup dan bekerja. Namun siapa sangka, di tengah bayang-bayang kerugian, masih banyak sektor perbankan yang tetap moncer dan tumbuh positif. Tak lain dan tak bukan, hal ini karena adanya transformasi digital.
Kondisi dunia saat ini semakin menuntut sektor perbankan untuk melakukan sejumlah perubahan, salah satunya dengan percepatan transformasi digital. Apalagi, potensi gulung tikar di tengah situasi krisis pandemi sangat besar. Bahkan Lembaga Riset International Data Corporation Indonesia (IDC) sudah mewanti-wanti, bahwa 33% perusahaan global berpotensi boncos jika tak segera manggenjot transformasi digital.
Sounding semacam ini juga ditegaskan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), yang belum lama ini meluncurkan cetak biru transformasi digital perbankan.
Transformasi Digital sebagai Masa Depan Perbankan
Sebagai lembaga independen yang mengatur dan mengawasi industri perbankan agar memiliki kinerja baik, OJK menegaskan bahwa transformasi digital adalah sebuah keharusan.
Seiring berkembangnya zaman, konsumen lebih senang dilayani dengan cepat dan efisien, alih-alih menggunakan cara konvensional. Era digital membuat nasabah lebih menyukai menyelesaikan segala kegiatan perbankan tanpa melulu datang ke kantornya.
Dalam laman resminya, OJK mengatakan bahwa transformasi digital menjadi salah satu pilar masa depan dunia perbankan, yang mana hal ini sesuai dengan Roadmap Pengembangan Perbankan Indonesia 2020-2025. Pada master plan sektor jasa keuangan tersebut, akselerasi transformasi digital masuk dalam pilar ke tiga.
Blueprint Transformasi Digital Perbankan
Untuk menindaklanjuti visi tersebut, OJK pada akhir bulan Oktober 2021 mengeluarkan Cetak Biru Transformasi Digital Perbankan. Cetak Biru alias Blueprint, disusun penuh kehati-hatian, dengan harapan dunia perbankan di Indonesia tumbuh secara sehat dan berkesinambungan.
Bukan cuma itu, Blueprint ini juga dapat digunakan sebagai gambaran konkret sekaligus landasan menuju digitalisasi sektor perbankan yang resilien atau berdaya tahan, berdaya saing, serta kontributif.
Adapun terdapat lima elemen yang perlu diperhatikan dalam Cetak Biru Transformasi Digital Perbankan. Pertama adalah data, yang mencakup perlindungan data, transfer data, dan tata kelola data.
Elemen kedua yakni teknologi, meliputi tata kelola teknologi informasi, arsitektur teknologi informasi, dan prinsip adopsi teknologi informasi. Ketiga manajemen risiko, keempat kolaborasi, dan terakhir tatanan institusi. Tatanan institusi ini mencakup dukungan pendanaan, kepemimpinan, desain organisasi, talenta sumber daya manusia, dan budaya.
Di sisi lain, Deputi Komisioner Pengawas Perbankan I OJK Teguh Supangkat, saat meluncurkan Blueprint ini mengatakan bahwa akselerasi transformasi digital dapat dilihat dari tren terus menurunnya jumlah kantor cabang, maraknya transaksi mobile dan banking, pesatnya transaksi uang elektronik, juga naiknya layanan bank elektronik dan digital dalam penambahan jumlah dana pihak ketiga (DPK).
Tantangan Transformasi Digital Perbankan
Meski demikian, untuk menuju akselerasi transformasi digital, ada beberapa tantangan yang harus dilalui industri perbankan, di antaranya:
- Risiko perlindungan dan pertukaran data pribadi.
- Risiko strategis investasi di bidang it.
- Risiko serangan siber.
- Risiko kesiapan organisasi.
- Risiko kebocoran data nasabah.
- Risiko penyalahgunaan teknologi.
- Risiko penggunaan pihak ketiga.
- Risiko infrastruktur jaringan komunikasi.
- Risiko regulatory framework yang belum sepenuhnya kondusif.
Tetapi perlu diingat, tantangan tersebut sepadan dengan keuntungan melakukan transformasi digital di sektor perbankan. Apalagi saat ini dunia perbankan semakin beramai-ramai bertransformasi menjadi bank digital.
Keuntungan Transformasi Digital Perbankan
Dengan melakukan transformasi digital, nasabah tidak perlu repot-repot menuju kantor cabang, sebab dapat membuka rekening secara digital. Nasabah hanya perlu melakukannya menggunakan aplikasi.
Transformasi digital juga meningkatkan efisiensi kerja. Nasabah bahkan bisa menentukan sendiri jangka waktu tabungan melalui tabungan digital. Sejumlah bank digital juga menutup biaya rekening, biaya administrasi dan lainnya. Bunga yang ditawarkan oleh bank digital juga cenderung lebih besar.
Tentu saja, digitalisasi sektor perbankan harus menggandeng teknologi kecerdasan buatan bernama Chatbot, guna mengatasi kesulitan nasabah secara cepat, memudahkan interaksi nasabah dengan bank, dan menjawab berbagai pertanyaan.
Nah, upaya transformasi digital hanya akan lengkap jika kamu menggandeng Chatbot Widya Wicara. Kunjungi website www.widyawicara.com, dan biarkan Chatbot Widya Wicara mewujudkan mimpi industri perbankan menuju akselerasi digital.
Sumber gambar: https://www.freepik.com/photos/background