Banyak orang yang menganggap bahwa menikah itu indah. Pernikahan akan membawa kebahagiaan hakiki, bukan hanya di dunia tapi juga di akhirat. Namun, mengapa masih banyak pasangan yang justru merasa menderita karena pernikahan? Mengapa masih banyak kasus perceraian terjadi di sekitar kita? Bahkan dengan usia pernikahan yang terbilang singkat. Apakah karena mereka tidak mendapatkan kebahagiaan yang mereka idamkan dalam rumah tangga?
Yang jelas, hal ini membuktikan bahwa pernikahan adalah sesuatu yang besar dan sakral, sehingga sudah seharusnya dipersiapkan secara matang. Mulai dari persiapan fisik, persiapan ilmu, maupun persiapan mental. Oleh sebab itu, sebelum mengajak si dia ke pelaminan, lebih baik kamu sudah memperbaiki diri terlebih dahulu agar nantinya terhindar dari pernikahan yang justru membawa petaka. Apa aja sih sifat-sifat yang perlu diubah sebelum menikah?
Membanding-Bandingkan
Membandingkan kemampuan dengan orang lain seringkali dilakukan untuk mendapatkan posisi tertentu dan karena tidak ingin kalah dari orang lain. Membandingkan diri dengan orang lain sebagai motivasi untuk maju adalah hal yang baik, tapi ternyata tidak selamanya baik. Ketika sudah menikah, sifat suka membanding-bandingkan keluarga kecil kalian dengan keluarga lain ini justru bisa berisiko membawa pertikaian, lho.
Perbandingan akan mengantarkan pada rasa tidak pernah merasa cukup dan membuatmu jadi susah bahagia dan bersyukur dengan kondisi keluarga kecilmu. Kamu harus mulai belajar untuk menerima kondisi keluargamu sendiri. Gantilah sifat suka membanding-bandingkan dengan rasa syukur yang berlimpah, agar diberi kenikmatan yang berlipat. Seperti firman Allah SWT dalam QS. Ibrahim:7, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.”
Mematok Standar Kehidupan dengan Standar Orang Lain
Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, kehidupan rumah tangga yang berhasil tidak berhenti pada pernikahan saja. Pernikahan memang dinilai sebuah pencapaian, namun setelah menikah, siklus kehidupan yang ‘standar’ ini harus terus berlangsung. Pasangan suami istri diharapkan untuk segera punya anak. Selang beberapa tahun, anak kedua harus sudah lahir. Anak-anak tersebut dituntut untuk menjadi anak yang berhasil. Apa indikatornya? Katanya sih, harus jadi anak yang pintar, sekolah di sekolah elite, menjadi pekerja kantoran dengan gaji besar. Belum selesai di situ. Kata orang sekitar, anak-anak kita juga harus… aduh, pusing!
Kalau kamu terus memasang standar kehidupan pada keluarga kecilmu dengan mengikuti tuntutan dari masyarakat sekitar, maka kamu akan susah merasa bahagia dengan kehidupanmu. Kamu tidak bisa fokus menikmati perjalanan kehidupan dengan tenang, karena sibuk mengejar timeline yang sebenarnya tidak perlu dihiraukan. Jadi, nikmatilah perjalanannya, dan wujudkan kebahagiaan keluargamu sendiri.
Berpikir Bahwa Kamu Selalu Benar
Melakukan kesalahan adalah hal yang wajar dan sangat manusiawi. Ketika kita melakukan kesalahan, kita harus berani bertanggung jawab atas kesalahan yang kita perbuat. Kita harus berlapang dada untuk mengakui dan menyelesaikannya dengan baik.
Jangan sampai kamu menolak fakta bahwa kamu bisa juga salah. Jika kamu selalu berprinsip bahwa argumenmu selalu benar, bahkan ketika kamu melakukan kesalahan, bisa dipastikan bahwa rumah tanggamu akan berantakan. Rasa tidak mau mengalahmu akan berisiko membuat pasanganmu kesal. Cobalah untuk belajar meredakan egomu. Usahakan selalu mendengar dan mendiskusikan setiap masalah bersama pasangan agar menemukan solusi yang terbaik.
Selalu Merasa Paling Kuat
Kamu bukan manusia super. Kamu boleh merasa lelah. Kamu boleh meminta pertolongan dan perhatian dari pasangan. Meskipun menjadi pribadi yang mandiri adalah hal yang benar, namun pasti ada kalanya kamu mengalami masa-masa sulit.
Ketika sudah berpasangan, kamu bisa membagikan beban tersebut pada pasanganmu. Bukankah beban akan lebih ringan jika dipikul bersama? Masalah pun menjadi cepat selesai jika dipecahkan berdua. Malah jika kamu menyembunyikan masalahmu, si dia bisa tersinggung dan menjadi pertikaian baru, lho!
Ternyata menikah bukanlah perkara mudah, ya? Kita harus siap untuk hidup berdua dan membagi masa depan dengan pasangan. Bahkan dalam Islam, menikah disebut sebagai ibadah yang istimewa yang langsung diserukan oleh Allah SWT.
Seperti yang tertulis dalam Quran Surah Ar-Rum ayat 21 yang berbunyi, “Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.”
Setelah melaksanakan pernikahan, perjalanan baru kehidupanmu akan dimulai. Kamu dan pasanganmu harus berusaha untuk mewujudkan rumah tangga yang harmonis, sakinah, mawaddah wa rahmah. Untuk itu, kamu perlu terus belajar untuk menjaga kehangatan keluarga kecilmu. Kamu tidak perlu khawatir keteteran karena Speaker Pintar Widya Wicara akan membantumu untuk membacakan ayat-ayat Quran dan hadits tentang pernikahan, dan menyediakan kajian-kajian tentang pernikahan. Cukup dengan panggil “Halo, Widya!” dan kamu bisa meminta Widya untuk memutarkan audio yang kamu butuhkan.
Sumber Gambar: https://www.pexels.com/@daria