Sejatinya, setiap orangtua wajib untuk menjalankan tugas dan tanggung jawabnya terhadap perkembangan anak, mulai dari pengasuhan maupun pendidikan. Hal inilah yang biasanya disebut dengan parenting. Parenting diartikan sebagai sebuah pola asuh mendidik anak mengenai bagaimana cara orangtua memberikan perlindungan, perawatan, pengasuhan, dan bimbingan dengan cara yang baik dan benar. Orangtua merupakan madrasah pertama bagi anak-anaknya. Oleh karena itu sebelum membimbing serta mengasuh anak, orangtua harus memiliki ilmu terlebih dahulu untuk diimplementasikan dalam kegiatan parentingnya.
Pengetahuan dan keterampilan ilmu parenting tersebut bisa diperoleh oleh orangtua melalui banyak cara, misalnya mengikuti program parenting, mempelajari ilmu parenting melalui media digital, memiliki role model, dan lain-lain. Kegiatan parenting dilakukan untuk memberikan pengetahuan tambahan kepada orangtua mengenai bagaimana seharusnya ia dalam mendidik dan membesarkan anaknya. Melalui parenting maka orang tua akan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang sangat bermanfaat khususnya bagi anak, misalnya seperti pengetahuan mengenai pola pengasuhan yang baik maka akan membentuk kepribadian anak.
Terdapat begitu banyak manfaat yang diperoleh melalui parenting:
- Pertama, melalui parenting dapat menyadarkan orangtua bahwa membesarkan dan mendidik anak bukan hal yang mudah dan tidak bisa sembarangan. Maka dari itu, diperlukan berbagai macam pengetahuan sebagai referensi.
- Kedua, kegiatan parenting dapat meningkatkan keterampilan dalam mengasuh anak.
- Kemudian yang ketiga adalah dapat memahami karakter anak. Dikarenakan setiap anak tentunya memiliki karakter yang berbeda-beda meskipun berasal dari rahim yang sama.
Melalui manfaat parenting yang telah disebutkan sebelumnya, hal ini dapat disimpulkan bahwa ilmu parenting sangat bermanfaat dalam bagaimana cara mendidik anak. Kemudian banyak sekali metode yang dapat diterapkan dalam mendidik anak dengan bermacam-macam sumber yang dapat digali untuk mencari informasi mengenai bagaimana cara mendidik anak salah satunya yakni mendidik anak dengan ala Ali bin Abi Thalib. Ali bin Abi Thalib merupakan sosok khalifah ke-4 yang juga merupakan sahabat Nabi Muhammad SAW.
Menurut Ali bin Abi Thalib dalam mendidik anak terdapat rumus yang bisa diterapkan yakni rumus 7×3 dan disesuaikan dengan kategori usianya. Berikut merupakan rumus 7×3 menurut Ali bin Abi Thalib dalam ilmu mendidik anak.
1. Kelompok 7 tahun pertama (0 tahun – 7 tahun), memperlakukan anak sebagai raja
Menurut Ali bin Abi Thalib, 7 tahun pertama dalam mendidik anak diibaratkan dengan memperlakukan anak layaknya raja. Orangtua sebaiknya ‘melayani’ anak disertai sikap yang lemah lembut, tulus, dan sepenuh hati ketika mengasuh anak. Namun hal ini tidak berarti harus memanjakan anak, orangtua harus tetap bersikap tegas dengan penuh kasih saying. Apabila ingin memberitahukan sesuatu, maka orangtua sebaiknya menggunakan bahasa yang sederhana yang mudah dimengerti oleh anak tanpa disertai kekerasan. Anak-anak pada usia ini akan menghabiskan waktu untuk bereksplorasi sehingga cenderung senang bermain. Hal tersebut sangat wajar dan alangkah baiknya orangtua terus mendampingi anak sebagai bentuk stimulasi tumbuh kembang. Selain itu, pada usia 7 tahun awal anak akan banyak meniru orang disekitarnya. Jadi, berikan anak teladan yang baik sehingga anak tersebut kelak memiliki kepribadian yang baik.
2. Kelompok 7 tahun kedua (7 tahun – 14 tahun), memperlakukan anak sebagai tawanan
Usia 7 hingga 14 tahun yakni dengan mendidik anak diibaratkan seperti tawanan. Dikutip dari BincangSyariah, tawanan biasanya dikenakan berbagai macam peraturan yang berisi kewajiban dan larangan. Namun, anak juga mendapatkan haknya secara seimbang. Rasulullah SAW mulai menganjurkan seorang anak untuk melaksanakan sholat wajib mulai usia 7 tahun dan memperbolehkan orangtuanya untuk memukul anak tersebut ketika ia telah berusia 10 tahun namun meninggalkan sholat. Hukuman dan hadiah (punishment and reward) akan sangat pas diterapkan pada usia ini, dikarenakan anak sudah bisa memahami arti dari tanggung jawab dan konsekuensi. Namun demikian, perlakuan pada setiap anak tidak harus sama dikarenakan karakter pada setiap anak pastinya berbeda.
3. Kelompok 7 tahun ketiga (14 tahun – 21 tahun), memperlakukan anak sebagai sahabat
Usia 15 tahun merupakan usia umum saat anak menginjak akil baligh. Sebagai orangtua, sebaiknya memposisikan diri sebagai sahabat dan memberikan teladan yang baik seperti yang telah diajarkan oleh Ali bin Abi Thalib. Ajak anak untuk berdiskusi mengenai banyak hal sehingga dapat saling menambah wawasan dikarenakan adanya perbedaan zaman antara orangtua dengan anak yang mungkin akan menimbulkan pandangan atau pengalaman baru bagi orangtua. Kemudian ajarkan anak tentang tanggung jawab yang lebih besar, hal ini sebagai bentuk persiapannya di kehidupan mendatang. Pada usia ini orangtua juga boleh membebaskan anak untuk melakukan segala sesuatunya sendiri. Namun tetap diberi pengawasan untuk mencegah anak pada hal-hal yang menjurus ke negatif. Alangkah baiknya orangtua menjelaskan tentang sebab akibat atas perilaku yang anak lakukan dan selalu ditanamkan rasa tanggung jawab agar anak berkembang menjadi pribadi yang dapat dipercaya.