Sejarah Sumpah Pemuda: Bukti Cinta Pemuda terhadap Bangsa Indonesia

Sahabat Widya, dulu pada saat peringatan kemerdekaan Indonesia yang ke-21 tepatnya tanggal 17 Agustus 1966, Ir. Soekarno memberikan pidato terakhirnya yang berjudul “Djangan Sekali-kali Meninggalkan Sedjarah!”

Pidato tersebut pun meninggalkan makna mendalam sebagai pengingat agar generasi penerus tak melupakan segala pencapaian dan perjuangan di masa lalu. Generasi zaman sekarang perlu memahami bahwa kemerdekaan tak didapatkan secara gratis, melainkan harus melalui perjuangan penuh darah dan air mata.

Keadaan pra kemerdekaan sangatlah kacau. Namun, meskipun kala itu seluruh rakyat tengah menghadapi gempuran demi gempuran dari bangsa asing, semangat para pejuang tak pernah padam.

Justru di tengah keadaan sulit itu lah, para pejuang bangkit dan terus merangkak maju melawan musuh demi terwujudnya cita-cita besar bangsa Indonesia, yakni kemerdekaan. Hingga pada suatu masa, lahirlah Sumpah Pemuda sebagai hasil kristalisasi tekad dan semangat perjuangan bangsa Indonesia.

Lahirnya Sumpah Pemuda

Sumpah Pemuda lahir pada tanggal 28 Oktober 1928 dalam Kongres Pemuda II yang dilaksanakan selama dua hari dari tanggal 27 – 28 oktober 1928 di Batavia. Kongres Pemuda II terjadi atas inisiatif dari Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI) dari berbagai daerah.

Rapat Pertama dilaksanakan di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB) di Lapangan Banteng, tanggal 27 Oktober 1928. Dalam rapat ini, Muhammad Yamin mengungkapkan bahwa menurutnya ada lima faktor yang bisa memperkuat persatuan Indonesia. Yakni, sejarah, bahasa, hukum, adat, pendidikan dan kemauan.

Rapat Kedua dilaksanakan di Gedung Oost-Java Bioscoop pada tanggal 28 Oktober 1928. Tujuan dari kongres kedua ini adalah melahirkan cita-cita semua perkumpulan pemuda-pemuda Indonesia, membicarakan beberapa masalah pergerakan pemuda Indonesia, serta memperkuat kesadaran kebangsaan dan memperteguh persatuan Indonesia.

Setelah melalui proses panjang, akhirnya para peserta Kongres Pemuda II pun sepakat untuk merumuskan tiga janji yang selanjutnya disebut Sumpah Pemuda.

Sederet Tokoh Penting dalam Sumpah Pemuda

Kongres Pemuda II ini diikuti oleh banyak peserta dari berbagai Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI) mulai dari Jong Java, Jong Islamieten Bond, Pemuda Indonesia dan Jong Ambon.

Kemudian ada pula perhimpunan Jong Sumatranen Bond, Katholikee Jongelingen Bond, Jong Bataks Bond Pemuda Kaum Betawi, Sekar Rukun, Jong Celebes dan lain sebagainya.

Nah, mungkin belum banyak orang yang tahu bahwa dalam rapat Kongres Pemuda II tersebut, hadir beberapa pemuda peranakan Tionghoa. Dilansir dari laman historia.id, beberapa tokoh pemuda peranakan Tionghoa yang ikut terlibat dan menghadiri Kongres Pemuda II, diantaranya adalah Sie Kong Liong, Kwee Thiam Hong anggota Jong Sumatranen Bond (JSB), Oey Kay Siang, John Liauw Tjoan Hok dan Tjio Djin Kwie.

Bahkan kelak, rumah tinggal milik Sie Kong Liong yang kerap disewakan kepada para pelajar sebagai tempat tinggal dan belajar akan menjadi tempat pembacaan Sumpah Pemuda. Kini, gedung yang terletak di Jalan Kramat Raya 106, Jakarta Pusat telah dijadikan Museum Sumpah Pemuda.

Isi Naskah Sumpah Pemuda

Menurut Azyumardi Azra yang dikutip oleh Asvi Warman Adam dalam buku berjudul Menguak Misteri Sejarah (2010), Kongres Pemuda II yang menghasilkan Sumpah Pemuda merupakan salah satu tonggak sejarah bangsa Indonesia dalam mengawali Kesadaran Kebangsaan.

Lantas, seperti apa isi dari Sumpah Pemuda? Sumpah Pemuda terdiri dari tiga poin penting, nih. Pertama, kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia. Kedua, kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu bangsa Indonesia. Ketiga, kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Makna Sumpah Pemuda

Secara garis besar, makna dari isi sumpah pemuda adalah bahwa seluruh putra dan putri Indonesia akan berjuang keras demi kemerdekaan Indonesia.

Lalu walaupun para pemuda dan pemudi Indonesia berasal dari suku, agama, ras, dan antargolongan yang berbeda tapi tetap bersatu dalam satu bangsa yakni bangsa Indonesia.

Terakhir, para pemuda dan pemudi Indonesia menegaskan bahwa bahasa Indonesia adalah identitas dan bahasa persatuan yang harus dijunjung tinggi.

Lagu Indonesia Raya Dikumandangkan Pertama Kali

Dalam Kongres Pemuda II itu pula, lagu Indonesia Raya ciptaan Wage Rudolf Supratman diperdengarkan untuk pertama kalinya. Ditemani dengan gesekan biola nan indah dari WR Supratman, Dolly Salim (mewakili organisasi kepanduan Nationaal Indonesische Padvinderij atau NATIPIJ) menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia di hadapan khalayak.

Lagu itu pun dinyanyikan dengan sangat merdu hingga memukau semua hadirin yang ada dalam ruangan itu. Lagu Indonesia Raya tersebut boleh dinyanyikan dengan catatan mereka harus mengubah sedikit lirik lagu aslinya. Seperti mengganti kata ‘merdeka…merdeka…’ menjadi ‘mulia…mulia…’

Hal ini dilakukan demi menghindari ancaman dari pemerintah Belanda, karena pada saat itu kongres tengah diawasi oleh aparat kolonial Hindia Belanda. Jadi cukup berbahaya bila para pemuda terdengar melantunkan lirik yang mengandung kata ‘merdeka’.

Penyebaran Lagu Indonesia Raya

Menariknya, sebelum lagu Indonesia Raya dinyanyikan dalam Kongres Pemuda II, WR Supratman sudah menyebarkan salinan lirik lagu Indonesia Raya kepada anggota kepanduan di Jakarta. Saking populernya, hanya dalam waktu satu minggu saja salinan notasi dan syair Indonesia Raya sudah menyebar di kalangan organisasi pemuda dan mahasiswa serta di kalangan organisasi politik.

Tak hanya itu, redaksi Sin Po surat kabar tempat WR Supratman bekerja, mulai memuat naskah notasi dan syair Indonesia Raya pada awal November 1928. Selain surat kabar, piringan hitam berisi lagu Indonesia Raya juga berhasil dirilis meski melewati proses yang cukup panjang.

Seorang pemuda teman WR Supratman bernama Yo Kim Tjan, membantu WR Supratman untuk mendapatkan piringan hitam dan alatnya, agar WR Supratman dapat memulai proses rekaman lagu ke piringan hitam. Dari Situlah lahir piringan hitam Indonesia Raya yang pertama.

Museum Sumpah Pemuda

Sahabat Widya udah tahu belum bahwa di Jakarta Pusat berdiri Museum Sumpah Pemuda? Museum ini diabadikan sebagai cagar budaya agar generasi muda selalu ingat nilai-nilai persatuan yang tertuang dalam Sumpah Pemuda.

Tadi sudah sempat disinggung bukan, bahwa gedung ini pada mulanya adalah rumah pribadi milik Sie Kong Liong yang sudah biasa disewakan kepada para pemuda untuk berbagai keperluan. Lalu pada akhirnya sekitar tahun 1973 – 1974, gedung beralamat di jalan Kramat Raya no 106 ini dipugar dan dijadikan museum dengan nama Gedung Sumpah Pemuda.

Wah, ternyata keren banget ya kisah sejarah Sumpah Pemuda!

Nah, buat kamu yang pengen tau informasi pengetahuan dunia lainnya, cobain deh “Fitur Pengetahuan Dunia” yang ada di dalam Smart Speaker Widya Wicara.

Melalui fitur ini kamu bisa lho mendapatkan info pengetahuan dunia apapun hanya dengan satu perintah suara. Hebat kan. Dilengkapi dengan teknologi Natural Language Processing (NLP) membuat output suara yang dihasilkan oleh speaker pintar ini terdengar mirip manusia biasa, sangat natural dan intonasinya pun tepat.

Tuh kan belajar jadi lebih menarik dan menyenangkan kalau ditemenin sama Smart Speaker Widya Wicara. Miliki speaker pintar ini, sekarang!

Gambar: Museum Sumpah Pemuda

Post Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *