Transkripsi Manual vs Speech to Text

speech recognition transcription

Hampir semua orang pasti pernah bersinggungan dengan kegiatan transkripsi atau notulensi, bahkan hingga sekarang. Misalnya, ketika di bangku sekolah, kita dituntut untuk mencatat perkataan dari pengajar, atau ketika menyimak seminar, kita juga akan menuliskan apa yang disampaikan oleh narasumber. Terlebih bagi Sahabat Widya yang punya tanggung jawab sebagai notulis, transkripsionis, maupun sekretaris, tentu kegiatan pencatatan hasil pembicaraan ini menjadi konsumsi harian.

Meskipun tampaknya sederhana, kegiatan pencatatan ini bukan hal yang mudah, lho. Maka dari itu, butuh orang dengan kemampuan khusus yang diberi tanggung jawab untuk melakukan pencatatan atau transkripsi. Mereka disebut sebagai transkripsionis. Untuk memperlancar kegiatan pencatatan, penggunaan teknologi juga kerap kali menjadi pilihan. Teknologi yang dimaksud adalah teknologi speech recognition atau speech to text, yang dapat mengenali suara dan kemudian menerjemahkan dan mengonversinya menjadi bentuk teks.

 

Baca juga artikel Speech to Text: Cara Baru Transkrip Wawancara Penelitian

Metode Pencatatan Transkripsi Manual dan Speech to Text

Dari apa yang sudah dipaparkan sebelumnya, dapat kita simpulkan bahwa dalam proses pencatatan suara, ada dua metode yang bisa dilakukan, yaitu dilakukan langsung oleh manusia atau metode transkripsi manual, dan bisa juga dengan metode teknologi speech to text. 

Keduanya memang sama-sama memiliki tujuan untuk mendokumentasikan suara menjadi bentuk teks, namun terdapat kelebihan serta kekurangan dari masing-masing metode tersebut. Yuk, kita bahas pro dan kontra metode pencatatan dengan speech to text dan transkripsi manual.

Kelebihan dan Kekurangan Transkripsi Manual

Transkripsionis atau orang yang membuat transkripsi bertugas untuk mendengarkan orang berbicara, lalu menuliskan apa yang dia dengar. Untuk menjadi transkripsionis, dibutuhkan beberapa kemampuan. Misalnya, kecepatan dalam menulis atau mengetik. Bukan hanya kecepatan saja yang dibutuhkan oleh seorang transkripsionis, melainkan ia juga harus memiliki pengetahuan terkait dengan apa yang akan ia transkrip. Jika tidak, maka ia akan susah memahami apa yang ia catat dan tidak bisa menghasilkan transkripsi yang utuh dan baik.

Faktor manusia dalam proses transkripsi memiliki keuntungan dan kerugiannya. Manusia dapat dengan mudah memahami konteks pembicaraan, sehingga bisa membuat transkripsi dengan runtut. Selain itu, manusia juga bisa mengenali berbagai aksen dan tidak menyertakan kata-kata yang memang tidak perlu seperti partikel, anu, eh, hmm, dll.

Namun, kelemahan dari metode transkripsi manual yang dilakukan oleh manusia adalah dalam hal kecepatan. Pekerjaan transkripsi memang membutuhkan kecepatan menulis atau mengetik. Jika tidak, maka akan banyak informasi yang terlewat sehingga menyebabkan hasil pencatatan tidak akurat. Dalam hal kecepatan, tentu metode speech to text unggul, sebab teknologi ini dapat mengonversi suara menjadi teks secara otomatis, tanpa harus menulis satu per satu per kata.

Baca juga artikel Peran Speech Recognition untuk Tingkatkan Kualitas Layanan Lifecare

Kelebihan dan Kekurangan Teknologi Speech to Text

Dalam hal kecepatan, teknologi speech to text tentu jauh lebih unggul dibandingkan dengan transkripsi manual. Ketika melakukan transkripsi, transkripsionis harus terlebih dahulu mendengar dan mengenali suara yang sedang diucapkan, lalu menuliskannya secara manual. Sedangkan speech to text bisa otomatis mengenali setiap kata yang sedang diucapkan seseorang. Tentu hal ini akan sangat menghemat waktu, baru dalam segi pengenalan suara saja.

Dalam segi aksesibilitas, teknologi speech to text juga saat ini sangat efisien dan terjangkau. Cara menggunakannya juga simpel, mudah, dan tidak membutuhkan banyak tools. Untuk menjalankan mesin speech to text, hanya dibutuhkan mic dan software speech to text itu sendiri. Semakin baik kualitas mic dan mesin speech to text, maka akan semakin baik pula transkrip yang dihasilkan. Selain itu, biaya yang dibutuhkan juga tidak besar, jika dibandingkan dengan mempekerjakan secara khusus seorang transkripsionis.

Namun, seperti layaknya metode transkripsi manual, speech to text pun memiliki kekurangan. Saat ini, kekurangan yang paling terasa terkait dengan teknologi ini adalah mengenai keakuratan hasil transkripsi. Akurasi sistem pada speech to text tidak akan mencapai angka 100% dalam hal mengenali suara manusia. Maka, jika dibandingkan dengan kemampuan transkripsionis yang memang dikerjakan oleh manusia, akurasi speech to text kalah. Meki secara kecepatan, speech to text dapat dipastikan jauh lebih unggul.

Tidak menutup kemungkinan bagi speech to text untuk terus meningkatkan akurasinya dengan teknologi artificial intelligence dan machine learning. namun itu membutuhkan training yang panjang agar mesin tersebut dapat mengenali kata-kata manusia dengan tepat, sebagaimana hasil yang dilakukan oleh manusia.

Coba Speech to Text Gratis Sekarang!

 

Referensi:

https://www.dolbeyspeech.com/blog/transcription-vs-speech-recognition/
https://widyawicara.com/article/read/mengenal-speech-recognition-pengertian-cara-kerja-dan-manfaatnya/
https://glints.com/id/lowongan/transkripsionis-transcriber-adalah/#.Yw7W9nZByMr 

Sumber gambar:

https://www.freepik.com/free-photo/top-view-young-brunette-woman-sitting-by-table_7438849.htm#page=3&query=notulen&position=10&from_view=search 

Post Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *