Nusaibah binti Kaab adalah seorang wanita yang hidup pada zaman Rasulullah SAW dan terkenal dengan sosoknya yang gagah berani, kuat, cerdas serta tak kenal rasa takut. Perempuan yang memiliki julukan Ummu Umara atau Ummu Imarah ini, berhasil mematahkan anggapan bahwa perempuan itu lemah, harus bersikap lembut dan anggun serta lebih cocok bekerja sebagai ibu rumah tangga.
Beliau tak hanya melaksanakan kewajibannya sebagai Istri dan ibu yang baik, tetapi beliau juga turun langsung mengangkat senjata bersama Rasulullah SAW dan tentara Islam lainnya. Dari Nusaibah bin Ka’ab kita bisa melihat bahwa perempuan juga mampu melakukan apapun.
Kenapa perempuan harus memilih antara menjadi ibu rumah tangga atau wanita karir? Kalau pada kenyataannya perempuan bisa memiliki keduanya. Hal ini dibuktikan oleh Nusaibah sendiri, walau beliau senantiasa berjuang di sisi Rasulullah SAW, beliau tak pernah melalaikan tugasnya sebagai seorang istri sekaligus ibu bagi anak-anaknya. Betapa hebatnya sosok beliau, ya.
Mengenal Nusaibah binti Kaab
Nusaibah binti Ka’ab merupakan keturunan Bani Najjar, sebuah suku di Madinah, yang lahir dari pasangan Ka’ab bin Amr dan Rabbab binti Abdullah bin Habib. Beliau memiliki saudara bernama Abdullah bin Kaab dan Abu Laila Abdurrahman bin Kaab.
Nusaibah atau Ummu Umarah menikah dengan Zaid bin Asim dan dikaruniai dua orang anak yaitu Abdullah dan Habib. Nusaibah dan keluarganya senantiasa membantu dakwah Rasulullah SAW dan berjuang di garis depan pada berbagai peperangan. Namun sayangnya, Zaid, suami Nusaibah, meninggal dunia pada perang Badar. Kemudian, Nusaibah pun dilamar oleh Ghaziyah bin Amr. Dari pernikahannya tersebut beliau memiliki dua orang anak bernama Tamim dan Khawlah.
Kesibukan Nusaibah dalam mengurus rumah tangga, suami dan anaknya, tak pernah menjadi halangan. Banyak perang beliau ikuti hingga akhirnya Perang Yamamah yang dipimpin oleh Musailamah, menjadi perang terakhir Nusaibah binti Kaab sebelum akhirnya beliau wafat beberapa tahun kemudian. Tepatnya pada tahun ke-13 Hijriah. Nusaibah pun dimakamkan di Al Baqi di Makkah.
Baca juga artikel Mengenal 10 Sahabat Nabi yang Dijamin Masuk Surga
Masuk Islam dan Berjanji Setia pada Rasulullah SAW
Nama Nusaibah mulai tercatat dalam sejarah setelah beliau memeluk Islam dan menjadi pejuang tangguh yang menyelamatkan nyawa Nabi Muhammad SAW dari incaran tentara musuh.
Dikisahkan, awal mula masuknya Nusaibah ke dalam agama Islam adalah ketika suami Nusaibah, yaitu Zaid, mendengar kabar dari Mush’ab bin Umair, penduduk Mekkah utusan Muhammad bin Abdullah, tentang seorang Rasul bernama Muhammad SAW, yang tetap kekeuh berdakwah menyebarkan Islam walau diterpa berbagai cobaan dan permusuhan dari banyak pihak. Bahkan Nabi juga tidak tergiur dengan kemewahan dan harta melimpah.
Setelah mendengar cerita tersebut, hati Zaid dan Nusaibah pun tersentuh dan mereka memutuskan untuk memeluk agama Islam. Mereka berdua lantas pergi ke Mekkah lalu dipertemukan dengan Rasulullah SAW oleh Mush’ab. Kemudian melakukan baiat atau janji setia kepada Nabi Muhammad SAW.
Nusaibah termasuk salah satu dari dua wanita yang bersumpah setia untuk masuk Islam bersama wanita lainnya yang bernama Asma binti Amr bin Adiy. Pada saat itu ada sekitar 70 orang lain dari Madinah yang memeluk agama Islam, mulai dari pemimpin, pejuang hingga negarawan Madinah.
Perisai Rasulullah dalam Setiap Peperangan
Nusaibah binti Kaab bersama dengan suami dan putra-putranya turut andil dalam berbagai peristiwa penting dan peperangan demi menegakkan agama Islam. Beberapa diantaranya adalah Perang Uhud, Peristiwa Hudaibiyah, lalu ada Perang Khaibar, Perang Hunain dan perang terakhir yang beliau ikuti adalah Perang Yamamah.
Sebagai perempuan, Nusaibah sangatlah berani dan pantang menyerah. Beliau dengan gagah berani memerangi semua musuh yang mengincar dan mengancam nyawa Nabi Muhammad SAW, bahkan ia rela melindungi Rasulullah SAW dengan nyawanya sendiri.
Dalam setiap pertempuran, Nusaibah bukan hanya mengurus logistik, membawakan air atau merawat orang-orang yang terluka, namun ia juga terjun langsung dan mengangkat senjata ke medan perang.
Seperti kejadian saat perang Uhud. Dikisahkan pada saat itu di bukit Uhud sekitar tahun 625 Masehi sekitar 7.000 tentara Islam yang dipimpin Nabi Muhammad SAW berperang melawan sekitar 3.000 tentara kafir yang dikomando oleh Abu Sufyan.
Ketika tentara Islam hampir menang, banyak pasukan yang tergiur oleh ghanimah (harta rampasan perang) sehingga lalai dan tidak mematuhi perintah Rasulullah SAW. Melihat adanya celah, musuh pun kembali menyerang disaat tentara Islam sedang tidak siap.
Mengetahui hal tersebut, tanpa ragu Nusaibah mengangkat pedang, panah dan memakai perisai lalu turun ke medan perang untuk melindungi Rasulullah SAW. Dalam perang ini, Nusaibah mengalami luka yang cukup parah pada tubuhnya terutama bagian leher hingga tak sadarkan diri ketika perang usai.
Beliau begitu kuat, cerdas, siaga, sangat berani, pantang menyerah dan lincah bergerak kesana kemari melawan musuh dari berbagai sisi. Sampai-sampai Rasulullah berkata, “Aku tidak menoleh ke kiri dan ke kanan kecuali melihat Ummu Imarah (Nusaibah) berperang dihadapanku.” Tak heran bila akhirnya Nusaibah binti Kaab dijuluki sebagai “Perisai Rasulullah”
Meneladani Karakter Nusaibah binti Ka’ab
- Taat kepada Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW.
- Beliau senantiasa mendampingi Rasulullah SAW dalam setiap perjuangan menyebarluaskan agama Islam dan berdakwah tanpa rasa takut atau ragu. Nusaibah rela mengorbankan jiwa dan raganya demi berdiri tegaknya agama Islam.
- Bertanggung jawab sebagai Istri dan Ibu untuk anak-anaknya sekaligus ikut serta dalam perjuangan dakwah Rasulullah SAW.
- Senantiasa melakukan amalan-amalan mulia demi mendapatkan pahala dan kemuliaan surga dari Allah SWT
- Beliau memiliki sifat cerdas, tangguh, gagah berani, pantang menyerah dan putus asa serta gigih.
- Nusaibah binti Kaab bukanlah sosok wanita cengeng dan lemah ketika menghadapi musibah. Walaupun dengan tubuh terluka, beliau tidak mengeluh dan tetap bertempur melawan musuh.
Sahabat Widya, sebagai orang yang hidup di zaman sekarang, kita harus banyak-banyak bersyukur. Bayangkan bila kita hidup pada zaman jahiliah yang bisa dibilang mimpi buruk untuk sebagian besar umat manusia.
Pada zaman itu perbudakan dan peristiwa penyiksaan budak adalah hal biasa, lalu perempuan juga masih diperlakukan seperti sebuah barang, bukan manusia. Hak perempuan? tidak ada. Bahkan, dalam beberapa budaya, perempuan itu bisa diwariskan, atau diperintahkan melakukan bakar diri bila suaminya meninggal terlebih dahulu. Mengerikan bukan.
Alhamdulillah, Islam hadir untuk mengangkat derajat perempuan menjadi lebih tinggi dan mulia, serta tidak membedakan laki-laki atau perempuan dalam hal menjemput pahala. Allah SWT berfirman dalam Q.S Ali Imran : 195 yang artinya, “Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan . . .”
Nah, setelah mendengar kisah hebat Nusaibah binti Kaab, apakah kamu jadi tertarik dengan kisah inspiratif para sahabat nabi lainnya? Jika iya, Widya saranin kamu untuk memakai produk Smart Speaker Widya Wicara prima aja. Smart buatan Indonesia ini, akan memberi kamu pengalaman baru dalam dunia teknologi khususnya speaker.
Smart Speaker Widya Wicara dilengkapi dengan artificial intelligence (AI) yang membuatnya mampu melakukan apapun hanya dengan perintah suara. Misalnya saja, Widya bisa membacakan berbagai kisah nabi, cerita islam atau kajian islam hanya dengan instruksi suaramu. keren kan!
Buruan deh cobain produknya sekarang!
Sumber gambar: https://afosa.org/evergreen-lessons-from-the-battle-of-uhud/