Perbedaan 3 Vaksin Covid-19: Sinovac, AstraZeneca, dan Sinopharm

Gelombang kedua virus corona telah menghantam Indonesia pada awal tahun 2021. Munculnya varian baru pun membuat lonjakan kasus Covid-19 kian meresahkan masyarakat. Untuk itulah, pemerintah semakin gencar melakukan penyuntikan vaksin demi mengatasi pandemi yang belum juga usai.

Namun, ternyata pemberian vaksin ini tidak berjalan mulus karena banyak faktor yang membuat masyarakat khawatir. Munculnya berita hoax dan pernyataan tak bertanggungjawab semakin menyulitkan pemerintah untuk menghentikan penyebaran virus corona di Indonesia.

Padahal sebenarnya vaksin tidak memberikan efek yang menyeramkan seperti berita hoax yang bertebaran, lho. Nyatanya, vaksin ini berfungsi untuk mencegah penyebaran virus corona dan memperkuat daya tahan tubuh. Nah, agar tidak termakan hoax, lebih baik kamu mengenali jenis-jenis vaksin covid yang digunakan di Indonesia.

Berikut adalah 3 jenis vaksin yang digunakan untuk melawan covid di Indonesia:

Baca juga artikel Wabah Covid-19 Terkendali, 5 Negara Ini Sudah Menerapkan Kebijakan Bebas Masker

 

Vaksin Sinovac

 

Vaksin yang dikembangkan dengan inactivated virus atau virus utuh yang sudah dimatikan ini berasal dari China. Vaksin ini bertujuan untuk merangsang sistem kekebalan tubuh terhadap virus, namun tidak menyebabkan respon pada penyakit yang serius.

Berdasarkan uji klinis di Indonesia, vaksin Sinovac ini memiliki efikasi sebesar 65,3%, serta imunogenesitas 99%. Vaksin ini telah diuji di Turki dan Brasil dengan efikasi 91,25% dan 50,4%.

Efek samping dari vaksin Sinovac tergolong ringan hingga sedang. Setelah penyuntikan, ada efek nyeri pada bekas suntikan, gatal, dan mengantuk.

Vaksin AstraZeneca

 

Berbeda dengan Sinovac, vaksin AstraZeneca dikembangkan oleh perusahaan Inggris bersama ilmuwan di Oxford University. Vaksin berbasis vektor adenovirus simpanse, yakni mengambil virus yang sering menginfeksi simpanse untuk dimodifikasi agar aman untuk manusia.

Vaksin ini sebenarnya sudah dikembangkan sejak lama untuk melawan malaria, HIV, dan Ebola, namun kemudian dimodifikasi kembali untuk melawan virus corona. Efikasi vaksin ini sebesar 64,1% pada dosis pertama, dan 70,4% pada dosis kedua.

Vaksin AstraZeneca ini memiliki banyak reaksi dari ringan hingga sedang. Mulai dari nyeri, gatal, lelah, menggigil, demam, sakit kepala, hingga mual. Beberapa orang juga merasakan nafsu makan menurun, keringat berlebih, hingga gatal yang disertai ruam kulit.

Baca juga artikel Jangan Cuma Vaksinasi, Kita Juga Perlu Bentengi Diri!

 

Vaksin Sinopharm

 

Vaksin ketiga dikembangkan oleh Beijing BioInstitute Biological Product. Vaksin ini menggunakan teknologi yang sama dengan vaksin Sinovac, yakni inactivated virus. 

Efikasi vaksin Sinopharm ini telah diuji di Uni Emirat Arab dengan hasil 78%. Hasil uji klinis ini menunjukkan profil keamanan yang baik pada 42.000 relawan yang telah disuntik dalam selang waktu 21-28 hari.

Vaksin Sinopharm memberikan beberapa efek samping yang ringan. Mulai dari bengkak, kemerahan, sakit kepala, diare, nyeri otot, hingga batuk.

Nah, sudah terbukti kan, kalau efek samping vaksin tidak akan mengubah manusia menjadi titan? Efek vaksin yang sementara itu sebenarnya menunjukkan bekerjanya vaksin pada tubuh kita. Jadi, tak perlu khawatir ya, Sahabat Widya.

Agar kamu tidak termakan berita hoax tentang corona, lebih baik kamu memantaunya dengan benar lewat fitur Pantau Corona di smart speaker Widya Wicara. Yuk, lawan corona dengan patuhi protokol kesehatan dan ikut vaksin!

pantau corona

 

Sumber gambar: https://www.freepik.com/photos/label

Post Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *